KORANRIAU.co- Laporan intelijen Amerika Serikat (AS) mengungkap Presiden Rusia Vladimir Putin tak mengendurkan niatnya mencaplok seluruh wilayah Ukraina dan merebut kembali sebagian Eropa yang dulunya milik kekaisaran Soviet.
Reuters mengabarkan pada Minggu (21/12) bahwa
mereka mendapatkan informasi itu dari enam sumber yang mengetahui
laporan-laporan intelijen AS. Salah satu sumber menjelaskan laporan terbaru
berasal dari akhir September.
Misi Putin diyakini tak berubah meski saat ini
para negosiator berupaya mengakhiri perang dengan Ukraina yang akan membuat
Rusia mendapatkan wilayah yang jauh lebih sedikit.
Laporan-laporan tersebut menyajikan gambaran yang
sangat berbeda dari narasi Presiden AS Donald Trump dan para negosiator
perdamaian Ukraina-nya yang mengatakan Putin ingin mengakhiri konflik.
Intelijen tersebut juga bertentangan dengan
penolakan pemimpin Rusia bahwa ia merupakan ancaman bagi Eropa.
Temuan AS konsisten sejak Putin memutuskan menginvasi skala penuh Ukraina pada
2022. Temuan tersebut sebagian besar selaras dengan pandangan para pemimpin
Eropa dan badan intelijen bahwa ia menginginkan seluruh Ukraina dan wilayah
negara-negara bekas blok Soviet, termasuk anggota aliansi NATO.
"Intelijen selalu menunjukkan bahwa Putin
menginginkan lebih banyak," kata Mike Quigley, anggota Partai Demokrat
dari Komite Intelijen DPR, dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
"Orang Eropa yakin akan hal itu. Orang
Polandia benar-benar yakin akan hal itu. Negara-negara Baltik berpikir
merekalah yang pertama," ucap dia lagi.
Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina,
termasuk sebagian besar Luhansk dan Donetsk, provinsi-provinsi yang membentuk
jantung industri Donbas, sebagian provinsi Zaporizhzhia dan Kherson, serta
Krimea, semenanjung Laut Hitam yang strategis.
Putin mengklaim Krimea dan keempat provinsi
tersebut sebagai milik Rusia. Trump menekan Kyiv menarik pasukannya dari
sebagian kecil Donetsk yang mereka kuasai sebagai bagian dari kesepakatan damai
yang diusulkan, menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Tuntutan itu ditolak Presiden Ukraina Volodymyr
Zelenskiy dan sebagian besar warga Ukraina.
"Tim presiden telah membuat kemajuan luar
biasa dalam hal mengakhiri perang" dan Trump telah menyatakan bahwa
kesepakatan damai "lebih dekat dari sebelumnya," kata seorang pejabat
Gedung Putih tanpa membahas laporan intelijen.
Dalam sebuah unggahan di X pada Sabtu (20/12),
Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard mengatakan bahwa para petugas
intelijen telah memberi pengarahan kepada para anggota parlemen bahwa
"Rusia berupaya menghindari perang yang lebih besar dengan Eropa" dan
bahwa kinerja pasukannya di Ukraina menunjukkan bahwa saat ini mereka
kekurangan kapasitas untuk menguasai "seluruh Ukraina, apalagi Eropa."
Administrasi Direktur Intelijen Nasional, CIA, dan
kedutaan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar.
cnnindonesia

No Comment to " Intelijen AS Ungkap Putin Keukeuh Caplok Ukraina Meski Berunding "