KORANRIAU.co-Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM merupakan kelompok usaha dengan jumlah terbesar. Selain itu, kelompok ini terbukti mampu bertahan dari berbagai goncangan akibat krisis ekonomi, yang berarti UMKM memegang peranan penting. Mengingat pentingnya penetapan harga pokok produksi dalam suatu UMKM, maka kami melakukan wawancara pada UMKM MR. Moza milik Mas Irsyad di Kota Pekanbaru. Wawancara ini bertujuan untuk melihat perbandingan antara perhitungan harga pokok penjualan yang ditetapkan oleh Mas Irsyad dengan menggunakan metode Full Costing yang mana metode ini bertujuan untuk memberikan akurasi yang lebih tinggi dalam perhitungan biaya produk dan layanan dibandingkan dengan sistem penetapan biaya tradisional.
Apasih itu Full Costing? Full Costing adalah suatu metode di dalam dunia akuntansi yang dimana seluruh biaya yang dikeluarkan di dalam proses produksi itu dimanfaatkan sebagai indikator penting untuk menghitung total biaya per unit atau harga pokok produksi di dalam suatu kegiatan bisnis. Harga Pokok Produksi ini terdapat daftar harga yang telah dikeluarkan oleh suatu pelaku usaha seperti bahan baku, alat produksi dan lain sebagainya. Karena para pelaku UMKM mungkin tidak banyak yang mengerti sistem perhitungan menggunakan metode Full Costing, maka disini kami akan memberikan contoh perhitungannya terhadap salah satu pelaku UMKM yang ada di Kota Pekanbaru
Pada kamis, 23 Juni 2022, kami melakukan observasi ke tempat UMKM MR.Moza dan wawancara kepada Mas Irsyad sebagai pelaku UMKM tersebut untuk memberikan penjelasan yang lebih detail dan mencatat rincian-rincian harga yang telah dikeluarkan untuk usahanya. Lokasi UMKM milik Mas Irsyad ini berada di Jl. Taskurun No.79 C, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru.
Mas Irsyad beserta ibunya bersama-sama membangun usaha dengan modal mereka sendiri. Usaha ini didirikan sejak tahun 2021 sampai dengan sekarang usaha tersebut masih berjalan. “Kami menjual 2 jenis corndog mozarella yakni asin dan manis, untuk varian asin hanya menggunakan saos dan mayo. Sedangkan varian manis terdapat aneka macam rasa mulai dari rasa coklat, tiramisu, taro, dan green tea,” ujar Mas Irsyad. “Untuk biaya pengeluaran yang paling besar yakni di tepung terigu, tepung panir, keju mozarella, minyak, telur karena kondisi sekarang semua harganya pada naik”, ujarnya lagi. Produk yang dihasilkan per harinya kurang lebih 50 pcs.
Untuk melihat perbandingan dalam penetapan harga jual yang dilakukan Mr. Moza dengan metode full costing maka dilakukan olah data untuk mendapatkan hasil yang akurat. Untuk varian asin yaitu Mozarella Sosis Biaya Bahan baku nya sama baik dari Mr. Moza dan metode full costing yaitu Rp. 5.100.000. Untuk varian manis nya untuk Biaya Bahan Baku nya sebesar Rp 6.365.000. Letak perbedaan dapat dilihat di Biaya Overhead Pabrik yang dimana Mr. Moza hanya menghitung Rp. 600.000 tidak termasuk Biaya Bahan Bakar dan Biaya Bahan Pembungkus. Jika kedua biaya tersebut dimasukan maka total Biaya Overhead Pabriknya Rp 1.170.00
Setelah dilakukan perhitungan maka terdapat perbedaan antara harga jual dari perhitungan yang dilakukan Mr. Moza dengan metode full costing yang unit jualnya sebulan 1500 dan laba yang diharapkan 50%. Mr. Moza dengan penetapan harga jual varian asin sebesar Rp. 5.700 sedangkan Metode full costing sebesar Rp. 6.700. untuk varian manis Mr. Moza menghitung sebesar Rp. 6.965 sedangkan Metode Full Costing Rp. 7.500
Dapat kita ketahui disini bahwasannya Metode Full Costing memberi perhitungan yang akurat. Dengan memasukan seluruh biaya tanpa terkecuali dan juga mengetahui modal yang akan dikeluarkan. Hal ini bergunauntuk mendapatkan laba yang lebih akurat daripada metode perhitungan secara konvensional. Full Costing sangat cocok diterapkan untuk para pelaku usaha yang ingin usaha nya mendapatkan profit yang maksimal.
Oleh: Jeslyn Faiza Khansa dan Salwa Nissa Zahra (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau/UMRI).
No Comment to " UMKM Mr Moza Gunakan Perhitungan Penetapan Harga Produknya, Efektif-kah? "