Tentara Korea Utara Nekat Seberangi Zona Demiliterisasi yang Dijaga Ketat Korsel

KORANRIAU.co - Militer Korea Selatan (Korsel) menahan seorang tentara Korea Utara yang melintasi zona demiliterisasi yang memisahkan kedua negara dengan penjagaan ketat.

Kepala staf gabungan Korea Selatan (JSC) melaporkan, Kamis (1/8/2019), tentara itu menyatakan niatnya untuk menyeberang ke Korea Selatan. Prajurit tugas aktif yang tidak dikenal itu pertama kali terdeteksi peralatan pencitraan panas.

“Ia bergerak ke selatan di dekat sungai Imjin pada Rabu malam (31/7/2019) dan pasukan Korea Selatan membawanya ke tempat penahanan sebelum tengah malam,” kata laporan resmi itu.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengungkapkan, hari Rabu (31/7/2019), militer Korea Selatan menemukan satu mayat di dekat DMZ yang diduga merupakan seorang warga sipil Korea Utara.

Berbalut celana militer dan ikat pinggang, mayat itu ditemukan di sungai Imjin dan tampaknya telah tewas selama setidaknya dua minggu, menurut laporan kantor berita Korea Selatan Yonhap, yang dikutip Guardian.

Korea Selatan mengembalikan tiga warga Korea Utara yang telah melintasi perbatasan laut dengan kapal penangkap ikan pada hari Senin (29/7/2019). Para pejabat dari Korea Selatan mengatakan mereka pikir para nelayan itu mungkin ingin membelot, tetapi orang-orang itu memilih untuk kembali ke Korea Utara.

Ratusan warga Korea Utara melakukan perjalanan ke Korea Selatan setiap tahun dengan harapan untuk membelot. Tetapi kasus penyeberangan DMZ yang tidak sah seperti ini jarang terjadi.

Zona ini dipenuhi ranjau darat, pagar, pos jaga dan peralatan militer lainnya di kedua sisi perbatasan. Pembelotan seorang tentara Korea Utara yang melintasi DMZ terakhir kali terjadi pada bulan November 2018.

Pada November 2017, seorang tentara Korea Utara ditembak beberapa kali oleh rekan-rekannya ketika ia melarikan diri melintasi perbatasan ke Korea Selatan, dimana ia dirawat oleh dokter.

Pada 2018, Korea Utara dan Selatan sepakat untuk mencoba mengurangi ketegangan di sepanjang perbatasan mereka dengan mengurangi jumlah ranjau darat dan pos penjagaan, melucuti penjaga mereka di desa gencatan senjata dan memaksakan zona larangan terbang. (fay/indopos.co.id)