• Tafsir Allah Tuhan yang tak Beranak dan Diperanakkan

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Minggu, 08 November 2020
    A- A+


    KORANRIAU.co– Dalam tafsir sebelumnya, ayat pertama dan kedua surat Al-Ikhlas, dijelaskan mengapa Allah disebutkan dua kali. Sekarang dalam tafsir ayat ketiga dan terakhir akan dijelaskan tentang Allah sebagai Tuhan yang tidak beranak dan diperanakkan.


    Ayat 3 surat Al-Ikhlas berbunyi : لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ Lam yalid wa lam yụlad. Artinya : “Tidak beranak dan diperanakkan.”


    Dijelaskan dalam buku Tafsir Al-Mishbah oleh M Quraish Shihab, pada ayat di atas berarti Allah tidak menciptakan anak dan tidak terlahir dari bapak atau ibu. Tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya dan tidak ada seorang pun yang menyerupai-Nya.


    Kata yalid atau beranak dan yûlad atau diperanakkan terambil dari kata walada yang digunakan Alquran untuk menggambarkan hubungan keturunan. Sehingga kata wâlid misalnya berarti ayah dan yang dimaksud adalah ayah kandung, walada adalah anak kandung, wâlidah adalah ibu kandung, dan seterusnya. Berbeda dengan kata ab yang bisa berarti ayah kandung atau ayah angkat.


    Beranak atau diperanakkan menjadikan adanya sesuatu yang keluar darinya. Hal ini yang bertentangan dengan arti Ahad dan bertentangan dengan hakikat sifat-sifat Allah. Di sisi lain, ayah dan anak merupakan jenis yang sama, sedangkan Allah tiada satu pun yang dapat menyerupai-Nya. Baik dalam pikiran maupun kenyataan, sehingga Dia pasti tidak mungkin melahirkan atau dilahirkan.


    Sementara kata lam digunakan untuk menyangkal sesuatu yang telah berlalu. Kata tersebut digunakan untuk meluruskan kepercayaan, yakni Tuhan beranak dan diperanakkan yang telah beredar sejak dahulu. Seakan-akan ayat ini menyatakan “kepercayaan kalian keliru, Allah tidak pernah beranak atau diperanakkan.”


    Ayat keempat surat Al-Ikhlas berbunyi :  وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad. Artinya : “Tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya.”


    Pada ayat ini menambahkan penjelasan dari ayat sebelumnya, Allah tidak beranak atau diperanakkan. Kata kufuwan terambil dari kata kufu’, yakni sama. Ada pula ulama yang memahami kata ini dalam arti istri. Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Jinn ayat 3 : وَّاَنَّهٗ تَعٰلٰى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَّلَا وَلَدًاۖ Wa annahụ ta\'ālā jaddu rabbinā mattakhaża ṣāḥibataw wa lā waladā. Artinya : “Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.” Banyak ulama yang memahami ayat di atas sebagai menafikan adanya sesuatu apapun yang serupa dengan-Nya.


    Sehingga dapat disimpulkan dari surat Al-Ikhlas, kandungan surat tersebut adalah menetapkan keesaan Allah dan menafikan segala macam kemusyrikan terhadap-Nya. Wajar apabila Rasulullah SAW menilai surat ini sebagai “Sepertiga Alquran” (HR Malik, Bukhari, dan Muslim).republika/nor

    Subjects:

    Edukasi
  • No Comment to " Tafsir Allah Tuhan yang tak Beranak dan Diperanakkan "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com yLx3F0.jpg