• Video Seks Artis dan Godaan Lainnya

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Senin, 09 November 2020
    A- A+


    KORANRIAU.co- Netizen NKRI kembali dihebohkan dengan video seks artis yang menyebar di media sosial. Seperti yang sudah-sudah, komentar pun berhamburan, dari pernyataan prihatin (sambil bisik-bisik sana-sini meminta link), sampai hujatan-hujatan yang paling kasar, sadis dan memvonis yang bisa diucapkan oleh manusia --yang bahkan tidak mengenal secara langsung orang yang dihujatnya itu.


    Sebelumnya, netizen juga dibuat heboh oleh status Facebook seorang suami yang mengungkapkan kekesalannya terhadap sang istri. "Lelah kerja seharian, nyampe rumah istri cuma masakin begini," tulisnya sambil menunjukkan foto sajian makan berupa nasi, sayur asem tempe, dan sambal. "Lebih baek saya pergi makan warteg," sambungnya.


    Yang kemudian bikin netizen geram dan berkomentar marah sehingga menjadi perbincangan yang sangat ramai adalah kalimat lanjutannya: "padahal uang belanja 50 ribu seminggu." Benar-benar sebuah plot twist yang bikin siapapun yang membacanya, terutama sesama perempuan dan kaum ibu, ingin membanting piring.



    Dalam nada dan napas yang sama, sebelumnya lagi ada seorang pengguna Facebook yang tak kalah bikin geram. Yakni seorang suami yang menjatah istrinya uang belanja 20 ribu untuk sehari, sambil berceramah soal pelajaran tentang ketelitian dan penghematan dalam mengatur pengeluaran untuk makan. Dengan sok-meyakinkan ia menyebut harga-harga kebutuhan dan kemudian mengakhirinya dengan sebuah nasihat yang luar biasa bijaksana: jadilah istri yang pintar dan mengatur segalanya.


    Baru-baru ini, sebelum kehebohan video seks artis kondang tersebut, netizen juga dibikin "ribut" oleh unggahan seseorang yang mengeluhkan harga nasi goreng di kereta api. Si pengunggah mengaku sudah cukup lama tidak naik kereta api, dan kaget ketika diminta membayar sejumlah uang yang dinilainya terlalu mahal untuk nasi goreng yang dipesannya.


    Apa benang merah dari rentetan kehebohan-kehebohan itu? Apa hubungan antara video seks yang viral, suami yang bikin geram, dan keluhan tentang harga nasi goreng di kereta api?


    Kita, para pengguna media sosial, telah dihipnotis oleh kekuatan tak kasat mata dari teknologi (komunikasi), untuk tujuan-tujuan yang tak pernah benar-benar kita ketahui. Sekarang ini, kita semua adalah "hewan lab" yang digiring, diatur, dan dimodifikasi. Tautan apa yang kita klik? Seberapa cepat kita berpindah dari satu hal ke hal lainnya? Di manakah dan sedang apa kita ketika melakukan semua itu --menonton video yang viral, tertawa, gembira, marah-marah, mengumpat, mengetik komentar kejam, menanggapi dengan kata-kata yang sangat berusaha menunjukkan bahwa kitalah yang paling benar dan bermoral tinggi, dan sebagainya?


    Sebagai penghuni media sosial, kita menerima stimulus terus-menerus, tanpa istirahat --selama ponsel cerdas kita menyala terang dan menyilaukan, dan tombol-tombol aplikasi berada di ujung jemari kita, siap sekali sentuh kapan saja. Kita hidup dalam era ketika dongeng fantasi "pilih sendiri petualanganmu" menjadi nyata. Di antara kita barangkali mulai menyadari itu, dan berubah menjadi "anjing yang terlatih". Namun, kebanyakan dari kita tak ubahnya seekor tikus percobaan atau robot.


    Keterhubungan manusia di jagad digital, meskipun harus diakui memiliki dimensi yang membawa berkah, namun selebihnya melahirkan ilusi yang mendorong kita untuk senantiasa ingin mengatakan sesuatu, sampai ke hal-hal yang semestinya tidak perlu kita ungkapkan ke publik. Seorang suami yang bermasalah dengan pengaturan uang belanja untuk makan sehari-hari dalam sebuah rumah tangga mestinya cukup bicara baik-baik dengan istrinya sambil nonton drama Korea atau di atas tempat tidur.


    Ketika hal-hal yang mestinya tidak perlu dikatakan itu dibuka "keluar", dan "publik" dengan riang-gembira juga menangkapnya sebagai stimulus dan menanggapinya dengan gegap gempita; ketika harga nasi goreng --berapapun itu-- di kereta api yang mestinya merupakan "hal yang wajar" dan "biasa bisa" menjadi begitu menggegerkan, maka apa yang disebut sebagai "wacana publik" (dalam pengertian "konvensional" Jurgen Habermas) atau "opini umum" (dalam pengertian "politis" Walter Lippmann), kini berhamburan tak lebih sebagai gelembung-gelembung sabun tipis omong kosong yang melayang-layang, terlihat "indah" namun rapuh dan sebentar lagi pecah menguap tak bersisa.


    Lalu kita pindah ke kesibukan lainnya, isu lainnya, menciptakan gelembung-gelembung baru yang sama-sama transparan, ringan, dan hampa. Teknologi mengubah kita menjadi Sisipus yang memanggul batu ke atas bukit, lalu menggelundungkannya, mengambilnya lagi untuk dengan susah-payah kita dorong kembali ke atas, dan menggelundungkannya lagi, demikian seterusnya. Hingga kita merasa terasing dengan diri kita sendiri, kesepian, kosong, "selo", lalu iseng, kurang kerjaan, dan lahirlah hasrat-hasrat yang paling "liar".


    Kita merasa sendiri, membuka dating app, geser kiri, geser kanan, matched dengan seseorang, mengirim pesan, tapi tidak ada tanggapan, atau ada tanggapan tapi kemudian merasa tidak menemukan kecocokan, dan kita merasa sendiri lagi, dan semakin kesepian, dan depresi. Geser-geser layar lagi, memelototi setiap detail wajah-wajah bersinar dengan pakaian glamor dan gaya menawan, berfoto dengan latar objek eksotik, terkenal, dan ikonik di luar negeri, merasa bahwa semua orang hidupnya begitu bahagia dan menyenangkan, sosok-sosok indah dan gemerlap, sementara kita....


    Kita kemudian membandingkan dan menimbang kembali hidup kita sendiri, diri kita sendiri, yang tidak fotogenik, tidak pandai berpose, tidak pernah pergi ke mana-mana, paling banter motoran ke Puncak, atau staycation di hotel murah dan kusam di Bandung, atau paling jauh piknik ke Pangandaran, berfoto di atas odong-odong berhias lampu flip-flop warna-warni norak-mencolok, menyusuri jalan tepi pantai yang gelap, menggemakan jedak-jeduk musik dangdut Pantura yang monoton.... Lalu kita merasa kesepian dan depresi lagi.Mumu/detikcom

    Subjects:

    Kolom
  • No Comment to " Video Seks Artis dan Godaan Lainnya "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com