• Festival Sagu Nusantara di Meranti, Wujudkan Swasembada Pangan Nasional

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Selasa, 17 Maret 2020
    A- A+

    KORANRIAU.co,MERANTI-Tanaman sagu sudah mulai dipandang. Jika dulu dianggap makanan kelas dua, kini tidak lagi. Hal itu tak terlepas dari upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti dalam menjadikan sagu sebagai komoditas perkebunan utama di daerah itu.



    Dengan berbagai cara Pemkab Meranti terus meminta dukungan dari Pemerintah Pusat, maupun Pemerintah Provinsi Riau, agar sagu menjadi pangan alternatif dan menjadi panganan masa depan bagi masyarakat dunia.



    Untuk mempromosikan sagu Meranti, Pemkab Meranti sudah pernah membuat Festival Sagu Nusantara pada 2014 lalu di Jakarta. Kini kegiatan serupa kembali dilaksanakan di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur pada Sabtu (14/3/2020).



    Tidak hanya dihadiri pejabat daerah saja, tetapi sejumlah pejabat pusat turut menyaksikan kemeriahan kegiatan yang dipusatkan di lapangan Sanggar Seni  Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur.



    Dalam acara tersebut Wakil Bupati Kepulauan Meranti Drs H Said Hasyim hadir didampingi Kepala Bappeda Dr Ir Maamun Murod MM MH, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Drs H Irmansyah MSi, Kepala Dinas Perkebunan Tengku Efendi, Kepala DisperindagkopUKM, Aza Fahroni, Kabag Humas dan Protokol Rudi Al Hasan MH, Kabag Kesra, Hery Saputra SH,  Pabung Kodim 0303 Bengkalis di Selatpanjang Mayor P Girsang.



    Sejumlah pejabat pusat yang hadir kesana diantaranya, Dirjend Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementrian Lingkungan Hidup RM Karliansyah, Deputi Produksi dan Pemasaran Kementrian Koperasi RI Ir Victoria Boru Simanjuntak. Terlihat hadir juga Deputi 4 BRG RI Dr Haris Gunawan, dan sejumlah staf khusus  dari Kementrian LHK.



    Sementara Camat Tebingtinggi Timur Saiful Ikram bersama Kades Sungai Tohor Efendi, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat serta ratusan masyarakat menyambut kedatangan para pejabat tersebut dalam rangka memeriahkan festival sagu nusantara itu.



    Pembukaan kegiatan Festival Sagu Nusantara, ditandai dengan simulasi membelah tual sagu oleh Wabup bersama Dirjend Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementrian Lingkungan Hidup, dan pejabat lainnya. Setelah itu dilanjutkan dengan pembukaan stand bazar.



    Festival Sagu Nusantara tahun ini mengusung tema "Urun, Rembuk, Konsolidasi dan Silahturahmi Pemangku Kepentingan Dalam Melestarikan Peradaban Ekologi Sagu pada Hutan Gambut demi keberlanjutan Kemandirian dan Kesejahteraan Masyarakat”.





    Seperti dijelaskan Ketua Panitia, Abdul Manan. Disebutkannya kegiatan tersebut terselenggara berkat swakarsa dan gotong royong masyarakat selama 3 bulan terakhir untuk membangun bazar dan menyiapkan aneka makanan olahan sagu serta kerajinan hutan gambut yang akan ditampilkan kepada pengunjung.



    Disamping makanan dalam stand bazar juga dipamerkan aneka produk olahan sagu seperi gula sagu, beras sagu, mi sagu hingga pupuk organik dari limbah sagu yang diklaim sangat baik untuk menyuburkan tanah.



    Menyikapi pelaksanaan kegiatan itu Wabup, Said Hasyim, mengucapkan apresiasi kepada panita, khususnya masyarakat yang sangat bersemangat untuk memperkenalkan sagu Meranti, dan melestarikan serta menjaga ekosistem gambut dari kerusakan.



    Wabup menginformasikan Festival Sagu Nusantara ini merupakan kali kedua dilaksanakan setelah sebelumnya ditahun 2014 digelar di Jakarta.



    "Ini merupakan wujud dukungan kita dalam mendukung kebijakan pemerintah mewujudkan ketahanan nasional melalui pengembangan sagu Meranti," sebutnya.



    Menurut Said Hasyim, Meranti memiliki lahan gambut yang cukup luas yang harus terus dijaga dan dilestarikan untuk itu perlu campur tangan pemerintah mulai dari daerah, hingga ke pusat untuk menjaga ekosistem gambut agar terus lestari. Sejauh ini diakui Wabup pusat melalui Badan Restorasi Gambut (BRG) RI, telah banyak berbuat untuk melestarikan ekosistem gambut khususnya yang berada di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur. Dengan lestarinya ekosistem gambut memberikan dampak besar dalam mengantisipasi lahan dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).



    Melalui kegiatan Festival Sagu Nusantara ini, Said Hasyim mengharapkan mampu menggali potensi pangan lokal khususnya sagu yang sangat melimpah untuk mendorong ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sekaligus, tambahnya untuk mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional, dan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.



    Pada kesempatan itu, Wabup mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga ekosistem gambut dengan tidak merusaknya. Karena, merusak ekosistem sama saja dengan merusak kehidupan.



    "Jika kita merusak ekosistem maka secara tidak langsung kita sudah merusak kelangsungan kehidupan kita. Jadi, mari kita jaga alam ini," ajaknya.



    Selanjutnya Wabup, juga bercerita tentang sentra industri sagu seluas 5 hektar yang sudah mulai dibangun sejak 2018 lalu di  Desa Sungai Tohor. Meski sudah ada namun belum dapat difungsikan karena masih ada beberapa fasilitas yang belum ada.



    "Saat ini sentra sagu masih butuh beberapa fasilitas lagi, seperti gudang untuk menyimpan hasil produksi dan juga SDM untuk mengelolanya," aku Wabup.



    Untuk itu ia berharap pembangunan sentra sagu ini dapat segera dituntaskan dan tentunya dengan bantuan kementrian terkait. "Kita masih butuh sekitar Rp 6 sampai Rp 9 miliar lagi untuk menyelesaikannya. Semoga pusat dapat membantu menuntaskannya," harapnya.



    Said Hasyim berharap dengan beroperasinya sentra sagu Sungai Tohor tersebut, dapat menjawab harapan masyarakat akan keberadaan pabrik sagu yang dikelola langsung oleh masyarakat. Sehingga masyarakat benar-benar memperoleh manfaat maksimal dari produksi sagu daerah.



    Selanjutnya kepada Ditjend Kementrian Lingkungan Hidup, Wabup juga mengusulkan bantuan bibit untuk ditanam pada lahan-lahan tidur yang ada diseluruh wilayah Meranti. Adapun bibit yang diusulkan adalah yang sesuai untuk lahan gambut seperti Nenas, Lidah Buaya, Pinang dan tanaman produktif lainnya.



    "Gunanya agar lahan tidur ini bisa terus dipantau dan diawasi. Selain menghasilkan, juga bisa mencegah terjadinya kebakaran," pungkas Wabup.



    Usulan Wabup tersebut mendapat tanggaan dari Deputy Produksi dan Pemasaran Kementrian Koperasi RI Ir Victoria Boru Simanjuntak. Diakuinya Kementrian Koperasi sangat komit mendukung terwujudnya kedaulatan pangan di Indonesia dan Meranti sebagai pemasok 80 persen kebutuhan sagu nasional sangat layak untuk mendapat perhatian dan dukungan.



    Ia berharap kedepan, Sagu Meranti lebih diberdayagunakan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Agar masyarakat setempat dapat menikmati manfaat Sagu sebagai karunia tuhan dengan sebesar-besarnya,” ucapnya.



    Menurut Victoria, mengelola sagu bukan hanya sekedar mengelola saja, tetapi harus memikirkan juga dampak lingkungan dan budaya yang sudah menjadi kearifan lokal. Untuk itu, selain memberikan manfaat ekonomi, pengelolaan sagu harus memikirkan juga dampak lingkungan.



    Menyangkut sentra sagu, Viktoria memastikan, Kementrian Koperasi siap mensuport. Asalkan, sentra sagu dikelola oleh koperasi dan UKM. Sebab, dikelola oleh koperasi tentunya akan berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat.



    "Jika dikelola oleh koperasi, maka kementrian dapat memberikan bantuan dana. Selain itu, memberikan pendampingan, berbagi pengetahuan tentang bagaimana cara menjalankan bisnis dan lainnya," jelasnya.



    Manfaat lainnya jika dikelola koperasi menurut Victoria akan membuat posisi tawar produk kepada pihak swasta lebih kuat yang otomatis akan dapat menaikan harga jual sagu dipasaran. Untuk hasil produksi sendiri agar dapat dipasarkan secara global sesuai standar Internasional, Kementrian Koperasi diakui Victoria juga siap mengeluarkan sertifikat produk.



    "Jadi intinya untuk sukses tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Tapi harus ada kolaborasi antara Pemerintah Daerah dan Pusat," paparnya.



    Dirjend Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementrian Lingkungan Hidup RI RM Karliansyah ikut mengapresiasi terselenggaranya Festival Sagu Nusantara ini sebagai salah satu upaya melestarikan ekosistem gambut melalui tanaman Sagu.



    "Menjaga ekosistem gambut ini sangat penting. Karena gambut dapat menyimpan 90 persen air tanah. Jika ini tidak dijaga dan terjadi kekeringan, maka dapat memicu Karhutla. Untuk itu penting dilakukan tata kelola gambut," jelasnya.



    Yang terpenting, tambah Karliansyah adalah bagaimana sagu dapat mendorong terwujudnya swasembada pangan nasional. Ia mengaku setuju jika kedepan Pemerintah Pusat lebih fokus mengembangkan sagu dibandingkan beras. Alasannya, sagu dinilai lebih cepat mewujudkan ketahanan pangan nasional karena produksinya lebih besar dibandingkan beras.



    "Jika dibandingkan beras dengan luas lahan yang sama produksi sagu jauh lebih besar, dan jika dikaji dari segi kesehatan, sagu juga jauh lebih baik," jelasnya.



    Dari hasil kajian kesehatan ternyata sagu dapat menjadi sumber energi, mencegah darah tinggi, meningkatkan kesehatan tulang dan sendi, artinya sangat disarankan bagi orang berusia lanjut.



    Dorong Food Industry Sagu



    SUDAH saatnya berbagai macam pangan dan panganan olahan berbahan dasar sagu diproduksi melalui industri. Karena di Negara tetangga Malaysia industri makanan berbahan sagu sudah ada dan sangat menguntungkan secara ekonomi.



    Agar hal itu dapat terwujud, Bupati Kepulauan Meranti Drs H Irwan MSi, meminta pemerintah pusat lebih fokus dan serius mendorong pengembangan komoditi sagu. Salah satunya dengan mengembangkan food industry sagu sehingga pasar produk berbahan sagu semakin luas.



    Permintaan itu disampaikan Irwan saat menjadi narasumber pada focus group discussion (FGD) akselerasi peningkatan tiga kali lipat ekspor komoditi sagu serta produk turunannya. FGD ini digelar oleh Direktorat Jenderal (Ditjend) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) di ruang rapat gedung C Kementan di Jakarta, Selasa (10/3/2020).



    FGD ini sendiri dipimpin Sekretaris Dirjen Perkebunan Antarjo Dikin. Terlihat hadir Direktur Pengolahan Pemasaran Perkebunan Ditjen Perkebunan Dedi Junaidi, dan sejumlah pejabat dari Kementerian Perdagangan, pakar sagu Prof Bintoro, sejumlah pengusaha food industry, serta beberapa pejabat dari daerah penghasil sagu seperti Papua dan Sulawesi Selatan. Sedang dari Meranti, ikut mendampingi Bupati, Kepala Bappeda Ma’amun Murod, Kadis Perkebunan dan Hortikultura Tengku Efendi, dan Kabag Humas dan Protokoler Rudi Al Hasan.



    "Hampir seluruh sagu yang diekspor berasal dari Meranti. Khusus dari Meranti banyak diekspor langsung ke Malaysia dalam bentuk sagu basah. Disana diolah menjadi food industry dengan kemasan yang menarik dan rasa yang enak," cerita Bupati.



    Menurut Irwan, kondisi ini terjadi karena pengembangan food industry di Malaysia lebih maju. Bahkan mereka mengekspor kembali ke Indonesia dengan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi.



    "Jika di Papua ada anggapan sagu punya Papua tapi Meranti punya nama. Namun kami di Meranti malah ada anggapan Meranti punya sagu Malaysia punya nama," sebutnya yang disambut tawa peserta FGD.



    Untuk itulah Irwan berharap pelaku usaha food industry di tanah air lebih banyak menggunakan sagu sebagai salah satu bahan baku produk. Dia mencontohkan banyak produk turunan yang sudah dikeluarkan pelaku industri kecil berbasis sagu di Meranti seperti mie sagu, beras analog sagu, dan gula sagu.



    Bahkan Irwan menyarankan agar pihak Kementerian bisa meninjau bagaimana food industry di Batu Pahat Malaysia dalam mengolah produk turunan sagu. "Kenyataannya sagu memiliki pasar yang sangat luas," tegasnya.



    Irwan juga mengakui produk sagu Meranti terutama sagu memang dikenal luas. Namun di Meranti sendiri susah membeli tepung sagu di pasaran secara bebas. Hal ini karena belum dipanen, batang-batang sagu sudah dibeli pelaku usaha pengolahan sagu.



    "Jika ada yang ingin beli 10 ton saja saya yakin akan antri seminggu karena produk tepung sagu di kilang-kilang sagu tersebut sudah ada yang punya," ungkapnya.



    Saat ini tujuan pasar utama produk tepung sagu Meranti adalah Malaysia dan Cirebon. Selain itu diekspor ke Korea Selatan dan Jepang.



    "Untuk meningkatkan produksi sagu, kami di Meranti telah membuat kebijakan melarang tanaman sawit karena tanah di Meranti itu gambut. Untuk itu kami juga butuh program konservasi," tegas Irwan.



    Sementara itu, Prof Bintoro menjelaskan prospek sagu sebagai tanaman asli Indonesia sangat potensial. "Sagu adalah bahan pangan yang sehat, bisa diolah menjadi gula dan bio energi," jelas dia.



    Prof Bintoro juga memaparkan impor beras tanah air terus meningkat, bahkan Tahun 2018 mencapai 1,04 juta ton. “Sedangkan impor gula pad 2017 mencapai 4,47 juta ton. Demikian pula impor gandum mencapai 10 juta ton lebih” rincinya.



    Peluang pasar sagu juga dipaparkan oleh Ny Iriana Trimurty Ryacudu, Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan. Menurutnya, saat ini ada kebutuhan sagu mencapai satu juta ton dari Amerika Serikat.



    "Kebutuhan sagu Amerika itu mencapai satu juta ton. Dan ini peluang karena belum terpenuhi," ungkap dia.



    Sesditjen Antarjo menambahkan agar kedepan perlu komitmen lintas sektoral untuk mengembangkan sagu. Selain potensinya besar juga tanaman asli Indonesia.



    "Memang kita perlu sinergitas, membuat grand desain yang dilaksanakan bersama, membuka akses pasar dan melakukan konservasi," tegas dia.ADV



  • No Comment to " Festival Sagu Nusantara di Meranti, Wujudkan Swasembada Pangan Nasional "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com yLx3F0.jpg