• Strategi Pemasaran Sosial Mendorong Energi Bersih dan Berkelanjutan

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Rabu, 24 September 2025
    A- A+



    KORANRIAU.co- Dalam kebijakan energi nasional, selama bertahun-tahun, subsidi energi telah hadir dalam bentuk yang sangat dekat dengan kehidupan rumah tangga di Indonesia. Produk bersubsidi ini memang memudahkan akses masyarakat terhadap energi, namun di balik kenyamanannya, tersimpan persoalan besar yaitu beban fiskal yang kian meningkat, ketergantungan pada impor, serta dampak lingkungan akibat daripada emisi.

    Sebagai jawaban atas tantangan tersebut, pemerintah menghadirkan program distribusi energi alternatif yang lebih efisien, lebih bersih, dan lebih aman serta ramah lingkungan. Dengan infrastruktur khusus, energi dapat dialirkan langsung ke rumah tangga sehingga mengurangi kebutuhan distribusi berbasis tabung. Inisiatif ini tidak hanya ditujukan untuk mengurangi beban subsidi, tetapi juga untuk memperkuat kemandirian dan ketahanan energi nasional sekaligus mendukung keberlanjutan. Philip Kotler dalam  bukunya Marketing Management, menyampaikan kualitas dan keunggulan produk saja tidak pernah cukup, tetapi kunci keberhasilan terletak pada bagaimana mengubah persepsi masyarakat, menumbuhkan kepercayaan, dan menginspirasi perubahan perilaku.

    Era Industri 5.0 saat ini membuka peluang baru bagi strategi pemasaran sosial pemerintah yaitu  dengan dukungan teknologi digital, big data, dan Internet of Things (IoT), dimana program subsidi energi dapat dikelola dengan pendekatan yang lebih personal, transparan, dan interaktif. Masyarakat tidak lagi dipandang sebagai penerima manfaat pasif, melainkan sebagai mitra aktif yang turut membentuk nilai bersama. Bayangkan sebuah aplikasi pintar yang hadir di ponsel setiap pengguna akhri dari produk tersebut, Dimana aplikasi ini tidak hanya menampilkan informasi tagihan, tetapi juga menghadirkan simulasi perbandingan biaya, edukasi visual mengenai potensi pengurangan emisi, serta tips gaya hidup hemat energi yang relevan dengan kondisi rumah tangga. Lebih menarik lagi, sistem dapat menyesuaikan rekomendasi berdasarkan pola konsumsi individu, sehingga pesan terasa personal dan mudah dipahami.

    Untuk memperkuat keterlibatan publik, strategi ini bisa dilengkapi dengan fitur interaktif berbasis insentif. Setiap keberhasilan menghemat energi akan dikonversi menjadi poin yang dapat ditukar dengan potongan tagihan, voucher produk lokal, atau kontribusi simbolis pada program sosial seperti penghijauan. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menggunakan energi bersih, tetapi juga merasa menjadi bagian dari sebuah gerakan sosial yang lebih besar. Narasi komunitas pun menjadi sangat penting dimana pengguna produk yang puas diberi ruang untuk berbagi pengalaman positif mereka, baik melalui testimoni digital maupun forum berbasis aplikasi. Cerita-cerita otentik inilah yang akan menjadi word of mouth positif, menyeimbangkan bahkan meminimalisir persepsi negatif yang mungkin berkembang di masyarakat.

    Meski begitu, teknologi bukanlah satu-satunya jawaban. Kotler menekankan esensi pemasaran social yang menggabungkan prinsip pemasaran dengan misi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan sebuah program publik bukan hanya diukur dari jumlah sambungan atau pengguna baru, melainkan dari sejauh mana program tersebut mampu mengurangi beban subsidi, menekan emisi karbon, dan memperkuat kemandirian energi. Tantangan terbesar justru ada pada ranah persepsi. Informasi negatif tentang biaya, layanan, atau infrastruktur sering kali lebih cepat menyebar dibandingkan pesan positif. Karena itu, komunikasi publik harus bersifat proaktif dan menyediakan saluran pengaduan yang responsif, menghadirkan layanan pelanggan yang ramah, serta mempublikasikan kisah sukses pengguna produk atau dalam hal ini dikatakan sebagai konsumen. Strategi ini akan mengubah potensi resistensi menjadi modal sosial.

    Transformasi subsidi energi juga tidak bisa dilepaskan dari aspek identitas sosial. Bagi sebagian masyarakat, bentuk energi lama mungkin sudah dianggap simbol kenyamanan, sehingga energi baru harus diposisikan bukan sekadar sebagai substitusi, tetapi sebagai gaya hidup modern yang bertemakan ramah lingkungan, hemat biaya, dan sejalan dengan aspirasi masyarakat urban maupun rumah tangga sederhana. Kunci utama keberhasilan ini terletak pada kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha. Pemerintah hadir dengan regulasi dan insentif, pelaku usaha menghadirkan teknologi dan layanan, sementara masyarakat diajak menjadi motor perubahan. Inilah bentuk nyata strategi cocreation atau penciptaan nilai bersama dengan masyarakat, bukan sekadar untuk masyarakat.

    Transformasi subsidi energi adalah narasi besar tentang masa depan bangsa, dimana bukan hanya soal infrastruktur, melainkan simbol perubahan dari ketergantungan menuju kemandirian, dari konsumsi pasif menuju partisipasi aktif, dari energi berbasis emisi menuju energi bersih dan ramah lingkungan. Energi sejati yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya yang mengalir melalui pipa atau tabung, melainkan semangat kolektif bertransformasi menuju masa depan bangsa yang lebih adil, berdaya saing, dan berkelanjutan di era Industri 5.0.

     

    Oleh: Charly Simanullang, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Eknomi dan Manajemen Bisnis Universitas Riau

  • No Comment to " Strategi Pemasaran Sosial Mendorong Energi Bersih dan Berkelanjutan "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com