KORANRIAU.co-Aksi boikot produk buat Prancis masih berlangsung di Indonesia. Namun, sejumlah pengamat menilai aksi boikot itu tidak berdampak signifikan bagi perusahaan maupun perekonomian Indonesia.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan berdasarkan pengalaman aksi boikot berhasil menekan kinerja perusahaan apabila gerakan itu didukung oleh negara. Dalam arti, pemerintah setempat menyerukan gerakan boikot tersebut.
"Ketika boikot dilakukan negara dan didukung perusahaan besar, studi menunjukkan persentase keberhasilannya mempengaruhi perusahaan besar," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (6/11).
Aksi boikot produk Prancis ini dipicu ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.
Namun, untuk kasus produk Prancis boikot dilakukan oleh segelintir organisasi masyarakat (ormas). Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang telah mengecam pernyataan Macron tersebut, namun kepala negara tidak menyerukan boikot produk Prancis.
Imbauan boikot hanya diserukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) kepada umat Islam. Pun demikian, MUI tidak mewajibkan aksi boikot tersebut.
"Pemerintah tidak menyinggung untuk boikot produk Prancis. Nah, gerakan boikot itu muncul dari solidaritas masyarakat dan tidak terlalu masif. Atas dasar itu kemudian studi dan fakta boikot tidak didukung negara maka dampaknya tidak terlalu signifikan menurunkan kinerja perusahaan," jelasnya.
Sepakat, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai imbauan boikot produk Prancis tersebut belum tentu diikuti seluruh muslim Indonesia, karena merupakan keputusan individu. Karenanya, ia menilai aksi tersebut tidak berdampak signifikan pada Indonesia.
"Seberapa besar efeknya kalau kepada ekonomi? Sebetulnya tidak terlalu besar karena impor dari Prancis tidak ada 1 persen (dari total impor). Artinya tidak signifikan untuk makro ekonomi," jelasnya.
Selain itu, ia menilai kebanyakan produk buatan Prancis adalah produk lifestyle, bukan kebutuhan pokok. Tanpa boikot pun, lanjutnya, penjualan produk tersebut sudah turun drastis di tengah pandemi covid-19.
"Kalau untuk Indonesia sebetulnya produk prancis sudah banyak hanya lisensi. Jadi diproduksi di Indonesia dan made in sudah dibikin made in Indonesia, meskipun nama mereknya masih Prancis," katanya.cnnindonesia/nor
No Comment to " Dampak Boikot Produk Prancis Terhadap Perusahaan RI "