KORANRIAU.co,PEKANBARU- Perlambatan ekonomi global ternyata memukul ekspor daerah yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Riau secara signifikan. Meski tren pertumbuhan ekonomi Riau terus melambat sejak 2011 dan semakin rendah sejalan dengan ekspor, namun tetap optimis mampu diatasi dengan memperkuat hilirisasi produk.
Menurut Bank Indonesia (BI) hilirisasi merupakan kunci Riau untuk bertahan. Hilirisasi dapat dipercepat dengan meningkatkan kemudahan berusaha maupun dukungan infrastruktur strategis. Dengan berbagai sektor alternatif, pertumbuhan ekonomi Riau semakin berkembang. Dari sektor perdagangan, perikanan, real estate, UMKM/Ekonomi Kreatif, dan pariwisata.
"Dengan berbagai peluang dan tantangan tersebut, pemulihan ekonomi Riau 2020 diperkirakan bisa berlanjut. Peluang itu memandang bahwa hilirisasi merupakan kunci untuk bertahan," ujar Decymus, Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau, pada acara pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Kamis (12/12/2019).
Acara ini dibuka oleh Decymus dan dihadiri langsung oleh Bapak Jon Erizal Anggota Komisi XI DPR RI, Bapak Ahmad Syah Harofie oleh Gubri yang diwakili Asisten I Mewakili Gubernur Riau, Bapak Agung Setya, Kapolda Riau, dan Yusri dari Kepala Kantor OJK Provinsi Riau.
Selain itu, hadir juga stakeholder utama KPw. Bank Indonesia Provinsi Riau yang berasal dari Pemerintah Daerah, Asosiasi, Akademisi, Pelau Usaha dan Perbankan.
Saat ini kata Decymus, berbagai sektor alternatif pertumbuhan ekonomi Riau semakin berkembang. Dari sektor perdagangan, perikanan, real estate, UMKM/Ekonomi Kreatif, dan pariwisata. Dengan berbagai peluang dan tantangan tersebut, pemulihan ekonomi Riau 2020 diperkirakan berlanjut.
Dalam paparannya itu, Decymus menyampaikan sejumlah peluang dan tantangan ekonomi Riau tahun 2019, serta prospek ekonomi, dan upaya ke depan yang dirangkum dalam satu tema “Sinergi, Transformasi, dan Inovasi Menuju Riau Bersatu dan Indonesia Maju”.
Tema yang tepat sebagai strategi dalam menghadapi memburuknya ekonomi global dewasa ini untuk memperkuat ketahanan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Riau.
Perekonomian global sedang berada dalam fase melambat, bersamaan dengan perang
dagang yang hingga kini belum menemui titik penyelesaian. Sementara itu, permintaan CPO dunia masih dibayangi berbagai hambatan, baik tarif maupun non-tarif.
Dari sisi inflasi, Bank Indonesia melihat adanya peningkatan inflasi di tahun 2019, namun secara garis besar masih lebih rendah dari provinsi penghasil seperti Sumatera Utara. Andil terbesar penyumbang inflasi di Riau yakni cabai merah, daging ayam ras, dan bawang merah menjadi fokus utama bagi kita semua agar inflasi rendah dan stabil mampu tercapai untuk menunjang terjaganya daya beli masyarakat.
Riau dihadapkan pada berbagai tantangan pengendalian inflasi dikarenakan posisinya yang bukan sebagai daerah penghasil komoditas pangan, persaingan usaha yang tidak sehat, struktur harga yang tidak wajar, dan keadaan cuaca yang kurang kondusif.
Pada tahun 2020, inflasi diperkirakan masih tetap terkendali. Meskipun demikian kita tetap perlu mewaspadai laju inflasi pada masa mendatang. Melihat beberapa indikator utama pada inflasi inti, inflasi administered price, dan inflasi volatile food kami memperkirakan bahwa pada tahun 2020 inflasi riau berada pada rentang 2,1 persen sampai dengan 4,1 persen.Ridwan

No Comment to " Riau Perlu Perkuat Hilirisasi Produk "