• Orang Berduit Bakar Uang, Apa Salahnya?

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Selasa, 03 Desember 2019
    A- A+

    KORANRIAU.co- Alkisah Henry Ford gelisah melihat banyak orang kehilangan pekerjaan dari bengkel kereta dan peternakan kuda saat industri otomotif mulai menggeliat.

    Otomotif bisa menggantinya, namun untuk mengedukasi pasar dibutuhkan biaya besar. Suasana bisnis awal abad 20 memang serba terbatas.

    Media massa untuk beriklan belum memadai, sementara produsen membuat hanya atas dasar pesanan (tailor-made). Akibatnya, pada tahun 1900 hanya sekitar 200 orang yang bisa punya mobil.

    Bahkan sampai tahun 1909 hanya 2.000 unit. Jumlah ini tidak cukup untuk melahirkan industri-industri penopang dari kaca, dealership, sampai ke sektor konstruksi dan pembiayaan.

    Industri ini baru berubah setelah Ford melakukan breakthrough dalam business model dan melakukan semacam taktik “ bakar uang” yang dikenal sebagai Model T. Sebagian orang bilang, biaya itu dicapai berkat skala ekonomis dan standardisasi suku cadang.

    Tapi setelah saya baca-baca kembali, sambil tersenyum saya bisa mengatakan “Henry Ford juga bakar duit.” Hal ini karena factory demand selama 10 pertama belum mencapai skala ekonomis (Cristensen, 2019).

    Jadi tatkala harga mobil pesanan 1.000 dollar AS, Model T Ford dimurahkan menjadi sekitar sepertiganya yakni 350 dollar AS per unit. Mirip antara persaingan taksi online vs taksi konvensional, bukan?

    Demand terhadap mobil pun melonjak menjadi 2 jutaan, tapi itu baru terjadi 14 tahun kemudian, 1922. Jadi untuk menjadikannya industri yang menguntungkan memang butuh waktu yang panjang.

    Bahkan butuh 74 tahun (1982) untuk menjadikannya backbone perekonomian. Ketika satu dari enam orang di Amerika Serikat hidup dari sektor ini. Lantas, mengapa sekarang orang mau serba instan dalam mendapatkan untung? Duit Yang Dibakar Milik Mereka, kok Anda Yang Keberatan? Saya sering berkelakar pada orang yang gemar menyebarluaskan berita tentang bisnis start up yang ada kata sensasinya, yaitu “bakar duit”.

    Kepanikan dibumbui kata seperti hati-hati, awas, jangan percaya, dan seterusnya. Padahal bisnis mereka bukan penipuan seperti yang dilakukan oleh First Travel atau Abu Tour. Saya katakan, duitnya ya duit mereka, yang menikmati banyak orang, Kok anda yang repot? Saya malah sebaliknya.

    Tengok saja siapa yang menerima manfaatnya: konsumen kini bisa menikmati akses keuangan, belanja jauh lebih murah dan mudah, ada diskon, bebas ongkir, pilihan lebih luas, dan yang bisa bekerja kini lebih banyak. Lalu di abad 21 ini, uang yang dibakar bukan milik bank, juga bukan milik publik.

    Siapa yang dirugikan kalau laporan keuangan mereka selama beberapa tahun rugi? Apakah karena ulah mereka, uang anda di bank atau di pasar modal akan hilang? Ternyata tidak juga. Sebagai catatan perlu diketahui juga bahwa bukan hanya start up seperti Google, Amazon, Uber, Grab, Gojek, Tokopedia yang menerapkan ilmu bakar duit.

    Kalau kita tengok ke belakang, ternyata juga bukan hanya Ford yang melakukannya. Di sini, BCA pada masanya juga pernah bakar duit (lewat Gebyar BCA), minuman kesehatan Extra Joss, Aqua dan Le Minerale, Pantene dan Sunsilk, es krim Magnum, Luwak White Coffee dan Top Coffee atau Torabika, sampai kacang Dua Kelinci dan Garuda, semua pernah bakar duit.

    Hanya saja bentuknya berbeda. Mereka bakar duit melalui media promosi untuk mempercepat demand. Yang tidak bakar duit itu mungkin cuma PT Dirgantara Indonesia, Rumah Makan Mbok Berek, Gado-Gado Boplo, Cwimi Malang, dan pabrik gula Colo Madu. Tetapi tentu saja tak semua pengusaha atau brand hatus bakar uang.

    Pertama, kalau market sudah terbentuk dan anda sudah jadi pemimpin pasar. Buat apa bakar duit? Kedua, kalau nafas tidak cukup panjang. Ketiga, timbang-timbanglah reaksi pelaku yang sudah menjadi pemimpin pasar.

    Kalau tak kuat, sekali dibalas dengan jab menuhuk, bisa langsung terkapar. Jadi dalam beberapa bisnis yang saya kelola, saya tak merasa perlu melakukan hal ini. Beberapa waktu lalu, saat mendampingi sebuah start up yang akan pitching di Silicon Valley. Saya mengajukan pertanyaan sederhana tentang bagaimana mereka menentukan besarnya investasi.kompas/nor

    Subjects:

    Kolom
  • No Comment to " Orang Berduit Bakar Uang, Apa Salahnya? "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com yLx3F0.jpg