KORANRIAU,co-Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu kunci memajukan ekonomi syariah. Bahkan, Indonesia diyakini bisa menjadi pusat ekonomi Islam dunia apabila memiliki banyak SDM unggul pada sektor ekonomi syariah.
Para pemangku kepentingan terkait menyepakati hal tersebut dalam Muktamar Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) ke-IV, di Jakarta, Jumat (23/8). Pada muktamar kali ini, IAEI mengambil tema "Indonesia Menuju Pusat Ekonomi dan Keuangan Islam Dunia".
Ketua Dewan Pertimbangan IAEI yang juga Wakil Presiden terpilih KH Ma'ruf Amin menilai, potensi ekonomi syariah di Indonesia sangat besar. Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menunjukkan, pertumbuhan masyarakat golongan berpendapatan menengah di Indonesia akan mendominasi perekonomian sampai dengan 2040. "Jumlahnya sebesar 75,5 persen dari total populasi dan sebagian besar mereka adalah umat Islam," kata Kiai Ma'ruf.
Masyarakat golongan berpendapatan menengah tersebut, kata Kiai Ma'ruf, bisa menjadi pasar, bisa juga menjadi pelaku ekonomi syariah. Dengan bertambahnya kelas menengah Muslim, pangsa pasar ekonomi syariah bakal semakin meningkat.
"Data itu menunjukkan semakin besarnya kekuatan ekonomi umat Islam di Indonesia. Saya yakin Indonesia bisa menjadi pusat kebangkitan ekonomi Islam," ujar KH Ma'ruf optimistis.
Hadir dalam acara tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani, menilai, salah satu penghalang perkembangan ekonomi syariah di Indonesia adalah kualitas SDM. "Jumlah banyak, tapi bagaimana kualitasnya?" kata perempuan yang dijagokan menjadi ketua umum IAEI yang baru.
Selama berada di kancah global, Sri mengaku tidak banyak menemukan orang-orang Indonesia, baik dalam industri multinasional maupun taraf regulator. Menurut dia, hal itu menjadi refleksi kualitas SDM Indonesia secara umum sehingga perlunya peningkatan kualitas SDM jika ingin lebih unggul dan maju. Pendekatannya bukan hanya dari pendidikan formal, melainkan juga meningkatkan kualitas edukasi.
Ia melihat sudah banyak universitas yang menawarkan jurusan ekonomi syariah. Kuantitas yang semakin banyak ini harus dibarengi dengan kualitas agar mencetak talenta-talenta andal yang bisa bersaing secara global. "Menurut saya, ini menjadi penting bahwa kualitas SDM seperti apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan ekonomi Islam," ujar eks direktur eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) ini.
Sri Mulyani menambahkan, semua pihak juga perlu menemukan titik krusial yang membuat ekonomi syariah sulit berkembang. Saat ini, menurut Sri, permasalahan masih berkutat pada kurangnya daya saing di masyarakat. Produk-produk syariah masih memiliki biaya operasional tinggi dan skala ekonomi rendah. Padahal, ekonomi syariah sudah berdiri selama tiga dekade.
Kendati demikain, Sri menyebut ekonomi syariah Indonesia punya banyak pencapaian besar, salah satunya menjadi peluncur sukuk hijau global terbesar di dunia. Dia mengatakan, pasar produk syariah Indonesia bukan hanya Timur Tengah, melainkan juga Eropa dan Amerika Serikat.
Kemenkeu juga mulai melakukan diversifikasi basis investor ke skala terkecil, yakni ritel. Sukuk ritel menjadi alat literasi bagi masyarakat untuk mengenal produk syariah dan kebijakan pemerintah. Nilainya dibuat sangat kecil sehingga bisa dibeli masyarakat dan mudah karena menggunakan teknologi digital.
Namun, Indonesia saat ini belum bisa masuk 10 besar pemain utama pada sektor ekonomi syariah hanya dengan inovasi. "Karena yang dihitung tidak cuma jumlah instrumen syariah, tapi ekonomi syariah secara keseluruhan," kata dia.

No Comment to " Bisakah Indonesia Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia? "