KORANRIAU.co- Arab Saudi
dan negara-negara Arab lainnya mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu dalam sebuah wawancara pada Minggu (9/2) bahwa negara
Palestina dapat didirikan di wilayah Saudi.
Pernyataan Netanyahu, yang oleh beberapa media
Israel dianggap sebagai lelucon, muncul ketika Timur Tengah gusar setelah
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sempat mengatakan bakal mengambil
alih Gaza dan memindahkan warganya ke luar negeri.
Kepala Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan pada
Minggu bahwa pemikiran di balik pernyataan Netanyahu "tidak dapat diterima
dan mencerminkan keterpisahan total dari kenyataan", seraya menambahkan
bahwa ide-ide seperti itu "tidak lebih dari sekadar fantasi atau
ilusi".
Kementerian luar negeri Saudi menekankan
"penolakan tegas terhadap pernyataan semacam itu yang bertujuan
mengalihkan perhatian dari kejahatan berkelanjutan pendudukan Israel terhadap
saudara-saudara Palestina di Gaza".
Kementerian itu menyatakan menyambut baik
"kecaman, ketidaksetujuan dan penolakan total yang diumumkan oleh
negara-negara persaudaraan terhadap apa yang dinyatakan Benjamin Netanyahu
mengenai pemindahan orang-orang Palestina".
Dalam sebuah wawancara televisi pada Kamis,
jurnalis sayap kanan Israel, Yaakov Bardugo, sedang berdiskusi dengan Netanyahu
tentang prospek normalisasi diplomatik dengan Arab Saudi ketika ia tampaknya
salah bicara, mengaitkan sikap Riyadh bahwa "tidak akan ada kemajuan tanpa
negara Saudi".
"Negara Palestina?" Netanyahu
mengoreksinya.
"Kecuali jika Anda ingin negara Palestina
berada di Arab Saudi," canda Netanyahu.
"Mereka (Saudi) memiliki banyak
wilayah," katanya lagi.
Netanyahu kemudian menjelaskan pembicaraan
menjelang apa yang disebut Perjanjian Abraham, di mana beberapa negara Arab
menormalisasi hubungan dengan Israel, dan menyimpulkan: "Saya pikir kita
harus membiarkan proses ini berjalan sebagaimana mestinya."
Namun, usulan negara untuk warga Palestina di luar
Jalur Gaza dan Tepi Barat sudah memicu curahan kecaman regional, termasuk dari
Qatar, Mesir dan kementerian luar negeri Palestina, yang menggambarkan
pernyataan tersebut sebagai "rasis".
Kementerian luar negeri Yordania mengecam
pernyataan itu sebagai "tindakan yang menghasut dan jelas-jelas melanggar
hukum internasional" dan menekankan bahwa Palestina memiliki "hak
untuk mendirikan negara yang merdeka dan berdaulat" bersama Israel.
Kementerian luar negeri Uni Emirat Arab mengecam
komentar Netanyahu sebagai "tercela dan provokatif" dalam sebuah
pernyataan, dan menyebutnya sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap
hukum internasional dan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa".
Bagi warga Palestina, setiap upaya untuk memaksa
mereka keluar dari Gaza akan membangkitkan kenangan kelam tentang apa yang
disebut dunia Arab sebagai "Nakba" atau malapetaka pemindahan massal
warga Palestina selama pembentukan Israel pada 1948.
Dalam pernyataannya, Arab Saudi mengatakan
"mentalitas pendudukan ekstremis ini tidak memahami apa arti tanah
Palestina" bagi warga Palestina.
cnnindonesia
No Comment to " Ramai Negara Arab Kecam PM Israel Soal Pemindahan Negara Palestina "