• Tinggal di Kota dengan Tingkat Polusi Tinggi Bisa Sebabkan Gangguan Mental

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Senin, 26 Agustus 2019
    A- A+
    Sebuah pembangkit listrik tenaga batu bara di Glenrock, Wyoming.
    KORANRIAU.co - Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang menghabiskan masa kecil mereka di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi akan lebih mungkin untuk mengalami gangguan mental di kemudian hari

    Polusi udara telah menjadi masalah yang berkembang, di mana semakin banyak penelitian menemukan hubungan tingginya tingkat polusi dengan berbagai kondisi mulai dari asma hingga demensia dan berbagai jenis kanker.

    Ada juga tanda-tanda yang mungkin memberikan dampak pada kesehatan mental. Dilansir Guardian, penelitian yang diterbitkan pada bulan Januari menemukan, anak-anak yang tumbuh di daerah yang lebih tercemar di London lebih cenderung mengalami depresi pada usia 18 tahun daripada anak-anak yang tumbuh di daerah dengan udara yang lebih bersih.

    Tetapi sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Denmark mengungkapkan hubungan antara polusi udara dan peningkatan risiko masalah kesehatan mental, termasuk gangguan bipolar, skizofrenia dan gangguan kepribadian.

    Sekitar 1 hingga 2 persen populasi Inggris pernah mengalami gangguan bipolar, sama halnya dengan skizofrenia. Diperkirakan sekitar 5 persen orang di Inggris memiliki gangguan kepribadian dalam satu waktu.

    Profesor Andrey Rzhetsky, salah satu penulis penelitian di University of Chicago, mengatakan tim melaksanakan tugas mereka setelah menemukan bahwa faktor genetik tidak sepenuhnya menjelaskan mengapa hanya beberapa orang yang mengalami kondisi tersebut sedangkan yang lain tidak.

    Dalam jurnal PLOS Biology, Rzhetsky dan rekannya menjelaskan bagaimana mereka menggunakan pendekatan yang agak kasar ketika mereka pertama kali meneliti kemungkinan kaitannya dengan polusi udara.

    Data asuransi untuk 151 juta orang yang dikumpulkan antara tahun 2003 dan 2013 digunakan untuk mengeksplorasi tingkat gangguan mental tertentu di seluruh Amerika Serikat. Data ini kemudian dianalisis bersama dengan tingkat rata-rata polusi udara di masing-masing daerah.

    Menurut laporan Guardian, tim menemukan tingkat gangguan bipolar mencapai 27 persen lebih tinggi untuk kabupaten yang berada pada peringkat ketujuh terbawah, dibandingkan dengan mereka yang berada di peringkat ketujuh teratas atau dengan kualitas udara terbaik.
     
    Faktor-faktor yang mempengaruhi termasuk usia, jenis kelamin, tingkat kemiskinan di daerah dan rata-rata pendapatan, telah diperhitungkan. Hubungan tentatif juga terlihat untuk tingkat depresi dan polusi udara.

    Namun, analisis ini didasarkan pada tingkat polusi udara rata-rata di daerah yang sangat besar. Terlebih lagi, kondisi kejiwaan bagi individu berpenghasilan rendah yang tidak memiliki asuransi mungkin tidak dapat terlihat.

    Tim kemudian melihat data polusi udara dari Denmark, yang dikumpulkan pada skala 1 km persegi. Mereka melihat paparan polusi udara selama 10 tahun pertama dalam kehidupan sekitar 1,4 juta orang yang lahir dan tinggal di negara itu antara 1979 dan akhir 2002, sebagaimana dihitung dari alamat rumah mereka.

    Tingkat 14 polutan dipertimbangkan, dibandingkan dengan 87 polutan yang dipertimbangkan pada penelitian di wilayah AS, dan digunakan untuk memberikan ukuran paparan polusi udara keseluruhan selama tahun-tahun itu. Tim itu kemudian mengeksplorasi diagnosis selanjutnya untuk gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan kepribadian dan depresi hingga akhir 2016.

    Setelah faktor seperti usia, jenis kelamin dan status sosial ekonomi dipertimbangkan, tim menemukan bahwa tingkat gangguan mental keempatnya lebih tinggi di antara orang-orang yang memiliki paparan polusi udara yang lebih besar secara keseluruhan selama masa kanak-kanak mereka.

    Ketika peserta dibagi menjadi tujuh kelompok yang berukuran sama, berdasarkan udara yang terpapar hingga usia 10 tahun, para peneliti menemukan bahwa wilayah dengan peringkat ketujuh terbawah atau yang memiliki kualitas udara terburuk, memiliki 29, 148, 51, dan 162 persen tingkat lebih tinggi untuk gangguan skizofrenia, depresi, dan kepribadian, dibandingkan dengan peringkat ketujuh teratas atau yang memiliki kualitas udara terbersih.

    Tim mengatakan ada sejumlah penjelasan tentang bagaimana kesehatan mental dipengaruhi oleh polusi udara. Mereka mengacu pada penelitian hewan di mana satu rute diusulkan yang bisa jadi memicu peradangan pada saluran pernafasan, dan kemudian menyebabkan peradangna di seluruh tubuh, termasuk otak.

    Penjelasan lainnya adalah bahwa polutan bisa berpindah dari hidung ke otak, di mana mereka menumpuk dan menyebabkan peradangan dan kerusakan. Jika hubungan polusi udara dengan gangguan kesehatan mental dikonfirmasi, mereka bisa memberikan alasan untuk berharap. “Tidak seperti kecenderungan genetik, lingkungan adalah sesuatu yang dapat kita ubah,” kata Rzhetsky.

    Namun, penelitian itu memiliki keterbatasan. Temuan itu tidak membuktikan bahwa polusi udara mendorong perkembangan kondisi-kondisi mental. Para analisis juga tidak memperhitungkan pengaruh dari faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi kesehatan mental, termasuk riwayat keluarga terkait masalah kejiwaan atau bullying.

    Dr Ioannis Bakolis, seorang ahli biostatistik dari King’s College London, mengatakan penelitian ini menambah bukti sebelumnya tentang kemungkinan hubungan antara polusi udara dan gangguan kesehatan mental.

    “Meskipun penyebab tidak dapat dibuktikan, karya ini menunjukkan morbiditas substansial dari gangguan mental yang dapat dihindari dengan meningkatkan kualitas udara,” katanya seperti dilansir Guardian.

    Bakolis menambahkan sudah ada banyak bukti bahwa polusi udara dapat merusak banyak aspek kesehatan lainnya. Ia mengatakan bahwa langkah-langkah seperti zona bebas mobil di perkotaan harus diperhatikan. (fay/indopos)

    Subjects:

    Internasional
  • No Comment to " Tinggal di Kota dengan Tingkat Polusi Tinggi Bisa Sebabkan Gangguan Mental "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com yLx3F0.jpg