KORANRIAU.co-Hagia Sophia yang semula berfungsi sebagai museum diubah kembali menjadi masjid setelah Masjid Negara Turki mengumumkan keputusan perubahan status pada Jumat (10/7).
Majelis Negara pada 2 Juli lalu menggelar sidang dengar pendapat dengan Asosiasi Perlindungan Monumen Bersejarah dan Lingkungan Turki soal usul untuk kembali memfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid. Selama ini Hagia Sophia berstatus menjadi museum.
Majelis Negara Turki pada Jumat membatalkan keputusan presiden 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Pembatalan tersebut menjadikan Hagia Sophia berfungsi kembali sebagai masjid mulai 24 Juli mendatang.
Keputusan ini menindaklanjuti rencana Erdogan yang hendak mengembalikan fungsi museum sebagai masjid. Menurutnya, bangunan bersejarah tersebut sebagai museum merupakan langkah yang keliru.
Selama ini Haghia Sophia berstatus sebagai museum dan merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
"Keputusan ini tidak dibuat dengan mendengar apa yang orang lain katakan, tapi mempertimbangkan apa yang menjadi hak kami dan apa yang diinginkan negara kami [Turki]," ujar Erdogan, Sabtu (11/7) waktu setempat, melansir AFP.
"Hagia Sophia tidak akan disebut museum. Status itu akan dicabut. Kita akan menyatakan Hagia Sophia adalah masjid. Mereka yang berkunjung ke Hagia Sophia akan datang ke sebuah masjid."
Erdogan menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil mewakili keinginan Turki dalam menggunakan hak kedaulatan yang dimiliki.
"Mereka yang tidak melawan Islamofobia di negaranya menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya," kata Erdogan melalui sebuah video.
Meski ditetapkan sebagai masjid, Erdogan tetap menjamin bahwa Hagia Sophia akan terbuka untuk semua pengunjung, termasuk non-Muslim. "Pintu Hagia Sophia akan tetap terbuka untuk pengunjung dari seluruh dunia," tulis ajudan Erdogan, Fahrettin Altun dalam akun Twitter-nya.
Sejak lama, Erdogan telah berulang kali menyerukan agar bangunan bersejarah tersebut menjadi sebuah masjid. Pada 2018 lalu, Erdogan bahkan sempat membacakan ayat-ayat Alquran di Hagia Sophia.
Alasan Erdogan menyatakan akan mengubah status Hagia Sophia sedikit beraroma politis. Sebab, saat ini dia sedang mengumpulkan dukungan untuk partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), dalam menghadapi pemilihan kepala daerah pada 31 Maret mendatang.
Keputusan itu dinilai sebagai upaya untuk meningkatkan pamor politik di kalangan basis pendukungnya yang sebagian besar umat Muslim.
Menurut hasil jajak pendapat lembaga Riset Ekonomi Istanbul pada Juni lalu, ada 46,9 responden yang setuju Hagia Sophia difungsikan sebagai masjid. Sedangkan 38,8 persen responden menginginkan Hagia Sophia tetap menjadi museum.
Keputusan pengubahan fungsi Hagia Sophia menuai pro kontra, termasuk di kalangan menteri-menteri di kabinet Erdogan.
Sebelum keputusan pengadilan terbit, Menteri Hukum Turki, Abdulhamit Gul, mengunggah foto Hagia Sophia di akun Twitter dengan tulisan "Selamat melalui Jumat yang baik,"
Sedangkan Menteri Keuangan yang juga menantu Erdogan, Berat Albayrak, mencuit melalui Twitter dengan menyatakan Hagia Sophia akan kembali bisa digunakan untuk salat oleh umat Muslim tidak lama lagi.
Di sisi lain, Menteri Kebudayaan Turki, Lissa Mendoni, menyatakan kekecewaan terhadap keputusan Erdogan.
"Nasionalisme yang ditunjukkan Erdogan membuat negara ini mundur enam abad," kata Mendoni dalam pernyataan.
Para penduduk yang menunggu keputusan Majelis Negara langsung melantunkan takbir usai keputusan itu disampaikan.
Keputusan Erdogan juga dikritik oleh kalangan pemeluk Kristen Ortodoks.
Menteri Luar Negeri Cyprus, Nikos Christodoulides, melalui akun Twitter mencuitkan kecaman atas keputusan Erdogan.Ia mengatakan tindakan Turki telah memicu pelanggaran terhadap kesepakatan internasional dengan mengubah Hagia Sophia yang merupakan situs warisan dunia dan simbol pemeluk Kristen Ortodoks.
Upaya untuk mengubah status dan kembali memfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid sudah dilakukan sejak 2005. Dua tahun lalu Mahkamah Konstitusional Turki sempat menolak usulan tersebut.
Di zaman Kekaisaran Byzantium, Hagia Sophia merupakan sebuah gereja. Setelah Sultan Muhammad al Fatih (Mehmed II) merebut Konstantinopel (sekarang Istanbul) dari kekuasaan Kekaisaran Byzantium pada 1453, dia mengubah bangunan itu menjadi masjid.
Akan tetapi, pemerintah Turki di bawah kepemimpinan mendiang Presiden Mustafa Kemal yang beraliran nasionalis sekuler memutuskan menjadikan bangunan itu sebagai museum.
Kegiatan keagamaan, seperti salat berjamaah atau membaca Alquran yang dilakukan di tempat itu kerap membuat umat Islam dan Kristen berselisih. Sedangkan kalangan sekuler menyatakan Hagia Sophia boleh didatangi seluruh umat beragama. Baik untuk sekedar berdoa atau menikmati keindahan bangunannya.cnnindonesia/nor
No Comment to " Lika-Liku Hagia Sophia dari Museum Kembali jadi Masjid "