• Kisah Muslimah Prancis, Pindah Negara atau Lucuti Identitas

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Minggu, 18 April 2021
    A- A+


    KORANRIAU.co-Saat menempuh tahun pertama sekolah kedokteran di Marseille, Nadia ingat betul bagaimana perlakuan lingkungannya terhadap wanita Muslim yang mengenakan hijab. Raut wajah dokter yang dinilainya selalu berseri pada pasien, ia klaim sangat berbeda terhadap dirinya.



    Menurut dia, pada 2017 ketika hendak melakukan pemeriksaan dan penimbangan ke dokter tersebut, berat badan Nadia dikurangi dua Kg. Nadia sadar, hal itu bukan karena timbangannya yang error, melainkan karena dokter tersebut selalu melirik pakaian tertutup Nadia dan pasmina yang dikenakannya.


    "Biarkan rambut Anda bernapas, nanti bisa rontok karena memakainya sepanjang waktu,’’ ujar perawat lain kepada Nadia saat itu.


    Tak sampai di sana, menjadi Muslim di Prancis, diakui Nadia selalu dinilai kapan pun dan dimana pun. Bahkan, saat mengunjungi pusat grosir, orang-orang diakuinya selalu menatap seakan terganggu oleh kehadirannya.


    “Anak-anak kami tidak bisa berbicara tentang keyakinannya karena takut disebut teroris. Kami merasa tidak aman di sini. Kami tidak diperlakukan sebagai warga Prancis yang membayar pajak, tetapi sebagai hewan yang tak punya apa pun, " ucap Nadia, yang hanya bisa mengungkapkan nama depannya karena takut dilecehkan lebih lanjut.


    Hal serupa juga diutarakan Lamya (23 tahun), mahasiswa bisnis di Champigny-sur-Marne, pinggiran kota Paris. Sepengetahuannya, banyak rekan Muslimah yang menanggalkan jilbab dan identitasnya karena takut dikucilkan atau menganggur setelah lulus.



    “Bukan rahasia lagi mengenakan jilbab di Prancis akan membuat Anda kesulitan mencari pekerjaan. Banyak perusahaan yang menolak menerima perempuan berhijab, Muslim kehilangan pekerjaan karena sholat di tempat kerja, ”kata Lamya.


    Muslimah Prancis lainnya, Laila, yang juga meminta untuk tidak disebutkan nama lengkapnya, pindah dari Meaux, sebuah kota di wilayah metropolitan Paris, ke Inggris enam bulan lalu. Dia mengaku, pindahnya ke Inggris itu dilakukan setelah mengalami pelecehan anti-Muslim selama beberapa dekade di negara tersebut.


    "Saya melihat lebih jelas lagi jaket pengekang yang mengikat kami, betapa kami tidak berhak atas hal-hal biasa seperti berenang, bekerja, dan belajar di segala bidang," ucap dia.


    Menurut Laila, hukum yang ada di Prancis bersifat kekanak-kanakan karena hanya ingin mendominasi semata. Hingga kini, dia mengaku masih mempertanyakan, ketentuan apa yang membuat orang harus mengenakan pakaian tertentu.republika/nor


     


    Subjects:

    Edukasi
  • No Comment to " Kisah Muslimah Prancis, Pindah Negara atau Lucuti Identitas "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com yLx3F0.jpg