• Menelusuri Jalan Provinsi Antar Pulau yang Rusak dan Banjir "Tolonglah Pak, Kami Tak Tahan Lagi Dengan Kondisi Jalan Ini"

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Senin, 07 Desember 2020
    A- A+

    Jalan Bandul, Desa Mekong, Kecamatan Tebingtinggi Barat, Riau


    KORANRIAU.co, KEPULAUAN MERANTI - Peneluran terhadap semua kondisi jalan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau akan sulit rasanya dilakukan dalam waktu sehari atau dua hari saja. Karena didominasi dengan kondisi jalan rusak berat.


    Namun kami coba menelusuri satu jalan yang kebutuhannya bagi masyarakat sangat penting di kabupaten penghasil sagu itu, yakni, Jalan Bandul yang berada di Desa Semukut Kecamatan Tebingtinggi Barat. Kami mencoba menelusurinya dari Desa Semukut, Kecamatan Pulau Merbau.


    Setelah menyeberang menggunakan kempang dari Desa Semukut, Kecamatan Pulau Merbau ke Desa Mekong Kecamatan Tebingtinggi Barat, kami melanjutkan perjalanan dengan melintasi Jalan Bandul.


    Dengan kondisi tanah, berbatu dan banyak cekungan membuat sepeda motor kami tak bisa melaju. Dari amper meter sepeda motor, tak lebih dari 20 kilometer per jam. Beberapa kali juga terpaksa harus zig zag agar terhindar dari genangan air. Jalan tersebut sangat buruk dan rusak.


    Walaupun kondisi rusak hanya satu kilometer saja, cukup membuat kami lelah, dan terasa lama. Kondisi itu, jika tidak banjir. 


    Ketika banjir rob, atau ketika pasang tertinggi air laut setiap akhir dan awal tahun, Jalan Bandul yang menjadi penghubung antar kecamatan, maupun antar pulau ini tak kalah mengkhawatirkan. Bahkan langsung berdampak secara ekonomi. Bagaimana tidak, jika biasanya hanya sekali saja menggunakan jasa penyeberangan kempang saat menyeberang antar pulau, tapi harus lanjut menggunakan jasa kempang lain.


    Karena Jalan Bandul berubah menjadi sungai. Air laut yang menggenangi bodi jalan bisa setinggi 50-70 centimeter. Sehingga harus menggunakan jasa kempang dorong. Supaya tak basah. Bisa mencapai setengah panjang jalan atau sekitar 500 meter.


    Banjir rob biasanya terjadi ketika akhir tahun di Bulan November dan Desember. Pada setiap awal tahun terjadi di Bulan Januari hingga Februari.


    Jalan Bandul ini menjadi urat nadi utama dari Selatpanjang ke berbagai wilayah kecamatan. Mulai dari Kecamatan Pulau Merbau, Kecamatan Merbau dan Tasikputri Puyu.


    Banyak masyarakat dari berbagai kalangan yang ketergantungan terhadap jalan ini. Mulai dari ASN, TNI, Polri, Pedagang, Anak Sekolah dan lainnya.


    Walaupun terkadang masyarakat merasa menderita, namun tetap harus melintas setiap hari. Karena sudah seperti kebutuhan pokok. Terutama bagi Pedagang dan Petani.


    Suandri misalnya. Warga Desa Mekong, Tebingtinggi Barat ini mengakui bahwa jalan Bandul tersebut sangat dibutuhkannya. Karena ia berprofesi sebagai pedagang hasil pertanian. Jalan tersebut dibutuhkan untuk membawa hasil dagangannya ke Selatpanjang.


    "Setiap tahun, setiap bulan, ini yang kami alami. Kami minta tolong kepada pemerintah, pak Gubernur, pak Bupati dan kepada siapapun juga untuk bisa memperbaiki jalan kami ini. Karena, kami terasa sulit," ungkapnya.


    Apalagi dengan kondisi pasang keling sekarang ini. Secara ekonomi Suandri mengatakan banyak konsekwensi biaya tambahan untuk bisa melintas dan melalui jalan tersebut.


    "Semua harus kena bayar. kami dah tak tahan dengan pasang keling ini pak. Tolonglah pak," keluhnya saat membawa Nenas dari Pulau Merbau untuk dijual ke Selatpanjang.


    Ketika banjir rob, bagaimana ia mau menjual harga nenas yang akan dijual ke Selatpanjang sama seperti hari biasanya. Karena ongkos menyeberang menjadi naik dua kali lipat. Jika hanya sekali menyeberang cuma Rp10,000, menjadi dua kali lipat. Jika pulang pergi, tentunya jadi berlipat ganda.


    "Sebetulnya kami sudah menderita dengan kondisi jalan yang rusak ini. Ditambah lagi banjir musiman. Tapi kami tidak ada pilihan lain. Melalui jalur laut, pastinya lebih mahal," akunya.


    Senada dengan itu, perasaan yang sama juga dialami Indri, warga lainnya. Ia juga harus melintas di jalan tersebut agar bisa tiba di Selatpanjang melalui jalur darat. Oleh karena itu, ia memohon agar pemerintah bisa hadir untuk masyarakat dalam menuntaskan pembangunan jalan antar wilayah di Meranti.


    "Kepada bapak Gubernur, yang saya alami setiap hari adalah penderitaan. Tapi mau bagaimana lagi. Kami minta simpati Bapak. Minta tolong daerah ini bisa dibangun. Karena, kami tersiksa, dan kami juga merasa kasihan dengan orang-orang yang melintas setiap hari di jalan ini. Khususnya bagi petani dan pedagang," ucap Indri yang terisak sambil menangis mengenang penderitaan yang setiap hari dialaminya.


    Jalan Bandul yang berada di Desa Mekong ini merupakan jalan poros antar kecamatan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Riau, nomor :KPTS.308/IV/2017 April 217, pembangunan jalan tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Riau.


    Selain jalan tersebut, juga ada sepanjang 70,66 kilometer lagi jalan provinsi yang tersebar di seluruh wilayah Meranti. Seperti yang diakui Kabid Bina Marga Kepulauan Meranti, Fajar Triasmoko ST MT yang dikonfirmasi, Kamis, (4/11/2020).


    "Dari total panjang jalan provinsi di Meranti yang mengalami rusak berat sepanjang 32,62 km, rusak ringan 5,37 km, dan rusak sedang 20,73 kilometer. Sedangkan kondisi bagus hanya 12 km saja," ungkapnya.


    Ia mengaku tidak bisa berbuat banyak selain melakukan koordinasi kepada pihak Pemprov Riau. "Iya Ruas jalan tersebut sebagai jalan provinsi Riau. Sehingga kami tidak bisa berbuat banyak untuk mewujudkannya. Selain intensif mengusulkannya, juga meningkatkan koordinasi," kata Fajar. (Ahmad)

  • No Comment to " Menelusuri Jalan Provinsi Antar Pulau yang Rusak dan Banjir "Tolonglah Pak, Kami Tak Tahan Lagi Dengan Kondisi Jalan Ini" "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com yLx3F0.jpg