• Skripsi Pun Mandek Saat Pandemi Corona

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Kamis, 16 April 2020
    A- A+

    KORANRIAU.co-Sudah beberapa pekan rasa mual selalu hadir ketika Tiara (bukan nama sebenarnya) membuka laptop. Tiara adalah seorang mahasiswi tingkat akhir universitas swasta di Jakarta yang ikut terkena dampak pandemi virus corona (Covid-19).

    Rasa mual datang setiap kali memikirkan nasib skripsi. Tiara mengaku tidak punya riwayat sakit maag atau asam lambung, tetapi mual tetap saja selalu datang. Mengganggu pikiran hingga membuatnya tak semangat setiap kali membuka laptop.

    Tiara sendiri ingin menyelesaikan skripsinya semester ini. Namun, proses pengerjaannya terhambat karena bimbingan skripsi kini harus dilakukan via internet atau dalam jaringan (daring) dengan dosen. Tak bisa bertemu langsung dengan dosen yang bersangkutan.

    Sebenarnya tak jadi masalah jika semua berjalan lancar sesuai harapan. Akan tetapi, Tiara terhalang komunikasi yang mandek dengan dosen pembimbing, sementara target waktu penyelesaian skripsi tak bisa diubah.

    Jadwal bimbingan daring Tiara jatuh dua minggu sekali setiap hari Jumat melalui video call. Bisa pula lewat aplikasi WhatsApp. Di luar hari itu, dosen tak janji menjawab keluhnya soal skripsi.

    Namun di hari Jumat (13/3) pesan Tiara tak dibalas dosen pembimbing. Saat itu ia menyampaikan sudah mengirim draf awal skripsi melalui email.

    Hingga dua pekan kemudian pesan singkat tak juga dibalas. Padahal teman-teman yang lain dengan dosen pembimbing berbeda sudah melanjutkan skripsi hingga bab selanjutnya.

    "Kalau dijawab saat itu saya baru bisa lanjut ngerjain bab dua. Tapi dosen baru jawab dua minggu setelahnya, saya nggak bisa lanjut karena butuh persetujuan dosen soal topik dan judulnya. Jadi saya harus nunggu," ujar Tiara kepada CNNIndonesia.com melalui, Selasa (14/4).

    Ia tak enak hati 'meneror' dosen melalui WhatsApp atau telpon berulang kali. Terlebih, sebenarnya dosen yang bersangkutan selalu online atau aktif di aplikasi WhatsApp, namun tak kunjung membalas pesan dari Tiara. Begitu pun mahasiswa lainnya.

    Tiara mengaku pada sesi video call terakhir bersama dosen, bimbingan hanya dilakukan lima menit. Banyak pertanyaan Tiara yang tak dijawab tegas oleh dosen pembimbing, sehingga membuatnya makin bingung bagaimana melanjutkan pengerjaan skripsinya.

    "Kalau saya bisa ketemu langsung enggak mungkin dicuekin cuma lima menit. Walaupun dicuekin tapi seenggaknya dosennya bisa lihat muka saya. Tapi kalau dicuekin di video call dan WhatsApp gimana," keluhnya.
    Lihat juga: Pandemi Corona, Unesa Surabaya Hapus Kewajiban Skripsi
    Hingga kini skripsi Tiara mandek tak sampai 25 persen, padahal lima hari lagi ia harus mengumpulkan setidaknya 75 persen progres skripsi ke program studi kampus. Jika tidak, ia tak bisa lulus sesuai harapan.

    Ia ingin berusaha semaksimal mungkin. Mencari cara agar bisa lulus tepat waktu. Tetapi di tengah komunikasi terhambat, Dia tak bisa datang langsung ke kampus. Tiara takut dengan wabah corona.

    Ia hanya bisa merasakan mual, kepala pening dan gangguan tidur setiap memikirkan skripsi. Apalagi harus berupaya mengejar target dalam waktu lima hari.

    Kendala serupa juga dialami Mila (bukan nama sebenarnya), mahasiswa tingkat akhir program studi teknik kimia perguruan tinggi negeri di Jakarta. Skripsinya turut mandek karena laboratorium di kampus tutup sejak pertengahan Maret.

    Padahal ia masih harus bolak-balik laboratorium setidaknya lima hari lagi. Masih ada produk yang harus diuji sebelum skripsinya bisa diselesaikan.

    Mila sendiri mengaku bingung dan tak tahu nasib skripsinya ke depan. Tetapi dia lebih prihatin dengan teman-temannya yang bahkan masih butuh waktu bulanan menguji bahan skripsi di laboratorium.

    "Mungkin saya masih ada harapan [lulus tepat waktu] karena saya tinggal satu produk dan tinggal buat analisa. Tapi yang lainnya tuh ada yang masih dua sampai tiga bulan lagi harus ke lab, kasihan," tuturnya.

    Demi mengakomodir mahasiswa tingkat akhir yang sedang skripsi, kabarnya laboratorium di kampus Mila bakal dibuka. Itu kabar baik.

    Akan tetapi, di satu sisi, Mila ingin lekas menyelesaikan skripsi Di sisi yang lain, Mila juga cemas tertular virus corona yang tengah mewabah. Terlebih Mila punya orang tua yang sudah lanjut usia di rumah. Ayahnya juga punya penyakit penyerta yang bisa berbahaya jika terjangkit virus corona.

    Jika dihitung-hitung jumlah mahasiswa tingkat akhir di jurusannya masih tergolong banyak. Satu laboratorium, jika sudah dibuka oleh pihak kampus, bisa diisi 7 sampai 13 mahasiswa.

    "Yang takut itu bawa virusnya ke rumah itu lho. Di lab itu bisa sibuk banget.Pasti bolak balik," kata Mila.

    Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam mengatakan pembimbingan tugas akhir seharusnya lebih intens dilakukan secara daring.cnnindonesia/nor

    Subjects:

    Student
  • No Comment to " Skripsi Pun Mandek Saat Pandemi Corona "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com yLx3F0.jpg